ISIS; DAUR ULANG FIRQOH AZARIQOH

AGU 8 Posted by majalahsalafy

Oleh : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib
Belakangan ini merebak keresahan Pemerintah Indonesia dengan munculnya semangat anak-
anak muda yang bergabung dan berbaiat sumpah setia dan menyatakan ketundukan kepada
apa yang diproklamirkan “khilafah Islamiyah” oleh ISIS (Islamic State of Iraq and Syam) di Iraq
dan Suriah. Seruan untuk berbai’at kepadanya dilansir di media jejaring sosial dan ditanggapi
dengan penuh kegusaran di berbagai media cetak dan elektronik. Saya tidak tahu, apakah
keresahan pemerintah itu adalah karena kekuatiran akan munculnya militansi keagamaan
Ummat Islam Indonesia ? Sehingga akan mengganggu proses deislamisasi terbarunya yang
dinamakan “Deradikalisasi” ? Ataukah karena sebab lain ? Saya yakin dengan haqqul yakin
berdasarkan beberapa qarinah (indikasi) yang ada, bahwa pemerintah tidak akan pernah resah
kalau Ummat Islam mengikuti pemahaman sesat, atau bahkan murtad dari Islam sekalipun.
Buktinya pemerintah sampai hari ini tetap melindungi Ahmadiah, yang telah dinyatakan sesat
oleh MUI pusat dan daerah. Pemerintah bahkan menjadikan Pluralisme beragama sebagai
landasan beragama bagi bangsa Indonesia, meskipun MUI telah menyatakan bahwa paham
Pluralisme beragama itu adalah sesat. Jadi ajakan untuk berbai’at kepada “Khilafah Islamiyah”
yang paling mengkhawatirkan daripadanya adalah kebangkitan militansi Ummat Islam dalam
beragama, sehingga akan mengganggu, kalau tidak menggeser, agama Pemerintah Indonesia,
yaitu agama Pluralisme.
Lepas dari keresahan pemerintah itu, perlu publik mengerti keresahan pihak lain dengan
kemunculan ISIS lengkap dengan “Khilafah Islamiyah”-nya. Yaitu keresahan kami, para guru
agama. Dimana ISIS ini sesungguhnya adalah aliran Khawarij ekstrim yang sesat. Ketika
gerakan ini tidak melibatkan para Ulama’ Ahlis Sunnah yang Mu’tabarin (yakni Ulama’ yang
kredibel) dalam berbagai kiprahnya. Dan gerakan ini menganggap kafir harbi semua Muslimin
yang berada diluar komunitas gerakannya. Sehingga mereka menghalalkan pembunuhan
setiap muslim yang ada diluar pergerakannya, baik lelaki maupun perempuan.
Model kemunculan yang serupa dengan ISIS di Iraq ini pernah terjadi di zaman pemerintahan
Abdullah bin Zubair bin Al Awwam radhiyallahu ‘anhuma (th. 65 H), yaitu firqah Khawarij
ekstrim yang dikenal dengan nama Azariqah. Dimana mereka mempunyai pandangan sesat
yang menganggap kafir semua Muslim yang diluar pergerakannya. Gerakan firqah ini muncul
di permukaan ketika mereka membai’at seorang tokoh besar yang penuh idealisme
pemahaman Khawarijnya dan penuh ambisi membesarkan pergerakannya. Tokoh besar itu
adalah Nafi’ bin Al Azraq, yang digelari sebagai Amirul Mu’minin oleh pengikutnya setelah
dibai’at sebagai ‘Kepala Negara’ di kota Al Ahwaz (Iran). Tokoh ini mampu menggalang
dukungan dan menyatukan kaum Khawarij waktu itu, sehingga bergabunglah kepadanya
kalangan Khawarij dari Oman dan Yamamah, dan berkumpullah di bawah komandonya
pasukan tempur sebanyak lebih dari dua puluh ribu orang. Sehingga mereka berhasil
menduduki dan menguasai kota Al Ahwaz dan juga menguasai kota Kirman serta wilayah-
wilayah Persia yang lainnya. Mereka melakukan penarikan pajak di semua wilayah yang
mereka kuasai.
Sifat pergerakan Khawarij sangat kental pada mereka, yaitu seperti yang dinyatakan oleh Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma terhadap pendahulu mereka : “Di kalangan kalian tidak ada
seorang Shahabat Nabipun yang mendukung kalian”. Yang berarti mereka berseberangan
dengan segenap Shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam . padahal
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam telah berwasiat : “Yang akan selamat
dari kalian, ialah yang mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku”. [1] Demikian pula kaum
Azariqah ini, dimana mereka tidak didukung oleh seorangpun Ulama’ Ahlis Sunnah, padahal
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam berwasiat : “Yang namanya Ulama’ itu
ialah yang mewarisi ilmu dan amal para Nabi”[2] . Dan Ulama’ yang mewarisi ilmu dan amal
para Nabi itu ialah Ulama’ Ahlis Sunnah. Karena merekalah yang mewarisi ilmu dan
mempelopori ummat untuk beramal dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Kaum Azariqah ini
menganggap kafir semua Muslimin yang menyelisihi pendapatnya, dan mereka menganggap,
bahwa wilayah negara Muslimin yang diluar kekuasaan mereka adalah negara kafir dan
membolehkan pengikutnya untuk merampok dan membunuh penduduk negeri-negeri diluar
wilayah yang telah mereka kuasai. Bahkan membunuh anak-anak dan perempuan juga
diperbolehkan. Mereka mengatakan bahwa semua orang yang menyelisihi pendapat mereka
adalah Musyrikun (yakni orang-orang yang berbuat syirik).
Ajaran sesat ini, menjadi sebab terjadinya fitnah besar di wilayah-wilayah Muslimin yang di
sana ada orang-orang yang berbai’at kepada ‘Amirul Mu’minin’ Ahwaz. Dan semua ciri ajaran
Khawarij Azariqah tersebut ada pada ISIS sekarang ini yang membai’at Abu Bakar Al Husaini
Al Baghdadi sebagai Amirul Mu’minin serta memproklamirkan berdirinya ‘Khilafah Islamiyah’
dan menyerukan kaum Muslimin dimanapun berada, wajib berbai’at kepadanya . ISIS dengan
pasukannya, berhasil menguasai beberapa kota di Iraq dan Suriah, dan bertempur melawan
Muslimin Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang tidak mau tunduk kepada ‘Khilafah Islamiyah’ yang
diproklamirkannya. Tentu amat dikuatirkan kalau kaum Muslimin yang berbai’at kepada ISIS di
Indonesia akhirnya berbuat seperti kaum Azariqah dulu, yaitu membunuh dan merampok siapa
saja yang mereka maukan (dengan alasan dalam rangka berjihad), karena mereka tinggal di
‘negara kafir’ di luar wilayah kekuasaan ‘Khilafah Islamiyah’.
Berita munculnya Azariqah di Ahwaz, menyentak kesadaran Khalifah Abdullah bin Azzubair
yang waktu itu berkuasa di Makkah. Beliau langsung memerintahkan gubernur Basrah (Iraq)
Abdullah bin Al Harits Al Khuza’ie untuk mengirim pasukan ke Ahwaz guna memerangi
Azariqah. Maka dikirimlah oleh sang gubernur pasukan besar yang dipimpin oleh Panglimanya
yang bernama Muslim bin Absin bin Kuraiz bin Abdis Syams menuju Ahwaz. Maka terjadilah
pertempuran besar di pinggiran kota Ahwaz di desa Daulab Ahwaz. Dalam pertempuran
tersebut pasukan dari Basrah berhasil disapu bersih oleh kaum Azariqah dan Panglimanya
(yakni Muslim bin Absin bin Abdis Syams) dibunuh. Maka berangkatlah dari Basrah dua ribu
pasukan berkuda yang dipimpin oleh Umar bin Ubaidillah bin Ma’mar At Tamimi untuk
memerangi Azariqah, dan pasukan kedua ini juga disapu bersih oleh Azariqah. Kemudian
berangkat lagi dari Basrah tiga ribu pasukan yang dipimpin oleh Haritsah bin Bader Al
Ghudani untuk memerangi Azariqah. Pasukan ketiga ini juga disapu bersih oleh Azariqah.
Maka Khalifah Abdullah bin Az Zubair menulis surat kepada Muhallab bin Abi Sufrah Al Azdi,
dimana waktu itu beliau ada di Khurasan. Khalifah memerintahkan kepadanya untuk memimpin
pasukan memerangi Azariqah di Al Ahwaz. Muhallab segera menuju Basrah ketika mendapat
perintah dari Khalifah Abdullah bin Az Zubair, dan dia memilih personil tentaranya sebanyak
sepuluh ribu orang, dan kabilahnya Muhallab dari Bani Azad bergabung dengannya sehingga
seluruh pasukannya berjumlah dua puluh ribu orang. Maka berangkatlah pasukan Muhallab ini
ke Al Ahwaz dan terjadilah pertempuran besar di Daulab Al Ahwaz sehingga hancurlah
pasukan Azariqah dan terus dikejar sampai ke dalam kota Al Ahwaz sehingga mereka disapu
bersih oleh pasukan Muhallab Al Azdi, bahkan ‘Amirul Mu’minin’ mereka yang bernama Nafi’
bin Al Azraq ikut terbunuh dalam markaznya di Al Ahwaz.
Setelah terbunuhnya Nafi’ bin Al Azraq, kaum Azariqah membai’at pemimpin baru yaitu
Ubaidullah bin Ma’mun At Tamimi. Dan Al Muhallab terus membersihkan sisa-sisa kaum
Azariqah ini dan terbunuhlah pemimpin mereka yang baru dalam satu pertempuran bersama
saudaranya bernama Utsman bin Ma’mun dan juga terbunuh tiga ratus orang tokoh paling
militan kaum Azariqah ini. Sisa pengikut Azariqah melarikan diri ke pegunungan Aidaj dan
mereka membai’at pemimpin baru mereka bernama Qathari bin Al Fuja’ah At Tamimi dan
mereka menamakannya ‘Amirul Mu’minin. Maka Panglima Al Muhallab terus mengejar mereka
sampai terjadi pertempuran besar bertahun-tahun pasang surut antara kalah dan menang
diantara kedua kelompok pasukan tersebut. Dan pada akhirnya Al Muhallab berhasil
menghancurkan pertahanan Al Azaraqih di Aidaj, sehingga mereka melarikan diri ke negeri
Sabur (Persia). Mereka menjadikannya sebagai negeri tempat hijrahnya kaum Azariqah ke
sana.
Sementara itu Al Muhallab yang didampingi anak-anaknya sebagai pimpinan-pimpinan
pasukannya terus mengejar dan menggempur kaum Azariqah ini ke Sabur sehingga
pertempuran dan pengejaran berlangsung sampai 19 tahun. Mulai zaman pemerintahan
Abdullah bin Az Zubair sampai zaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, hingga
diangkatnya Al Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi sebagai gubernur Iraq. Dan Al Hajjaj akhirnya
menetapkan Al Muhallab menjadi panglima pasukan khusus untuk membasmi Al Azariqah ini.
Sampai akhirnya terjadi perpecahan di kalangan Azariqah. Dimana kelompok pasukan Abdu
Rabbih Al Kabir menyatakan berpisah dari ‘Amirul Mu’minin’ Qathari bin Fuja’ah At Tamimi
dengan membawa tujuh ribu pasukan menuju Wadi Khairafat Kirmain. Juga berpisah dari
Qathari, Abdu Rabbihi As Shaghir dengan membawa empat ribu personil pasukan tempurnya
dan mengambil markas di sisi lain kota Kirmain. Sedangkan Qathari ‘Amirul Mu’minin tetap
tinggal di Sabur dengan sepuluh ribu lebih pasukan. Maka perpecahan diantara mereka itu
dimanfaatkan oleh Al Muhallab, dan digempurlah pasukan Qathari dan hancurlah markas
mereka sehingga Qathari melarikan diri ke Kirmain. Al Muhallab terus mengejarnya dan
mematahkannya di sana sehingga mereka lari ke kota Ar Rai (sekarang Teheran). Setelah itu Al
Muhallab menggempur pasukan Abdu Rabbihi Al Kabir dan berhasil dibunuh serta dibasmi
kekuatan akhir pasukannya. Dan Al Muhallab mengirim putranya yang bernama Yazid bin Al
Muhallab untuk menggempur Abdu Rabbihi As Shaghir dan Yazid berhasil menyapu bersih
kekuatan Abdu Rabbihi As Shaghir. Sementara itu Al Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi mengirim
pasukan besar yang dipimpin oleh Sufyan bin Al Abrad Al Kalbi untuk mengejar Qathari ke
kota Ar Rai sampai ke Thibristan, sehingga Qathari berhasil dibunuh beserta segenap
pasukannya di sana. Dan sisa pasukan Azariqah yang ada akhirnya mengangkat ‘Amirul
Mu’minin’ baru bernama Abidah bin Hilal Al Yasykuri yang melarikan diri dengan pasukannya
ke kota Qaumas, dan terus dikejar oleh pasukan Sufyan bin Al Abrad dan dikepung di benteng
Qaumas sampai akhirnya dia berhasil dibunuh oleh Sufyan dan dibantai pula segenap
pengikutnya. Sehingga Allah Ta’ala telah mensucikan bumi dari kaum Azariqah yang ekstrim
itu [3] .
Pasukan Islam begitu besar semangatnya dalam memerangi kaum Khawarij tersebut, karena
memang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam memerintahkan demikian.
Beliau bersabda :
“Sejelek-jelek orang yang terbunuh dibawah kolong x ialah kaum Khawarij yang terbunuh
karena mempertahankan pemahamannya. Dan sebaik-baik orang Muslim yang terbunuh di
bawah kolong langit adalah seorang Muslim yang dibunuh oleh kaum Khawarij karena menolak
untuk menjadi pengikut mereka. Kaum Khawarij yang mati di atas pemahamannya yang sesat,
maka mereka itu adalah anjing-anjingnya neraka. Mereka semula sebagai Muslimin dan
akhirnya berubah menjadi kafir karena kesesatannya”.
Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya dari Abu Umamah Al Bahili
radhiyallahu ‘anhu . Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam dalam
riwayat Anas bin Malik menyatakan : “Bila kalian menjumpai mereka maka bunuhlah mereka”.
Dan semua itu adalah riwayat yang Shahih dan dalil yang shahih. Wallahu a’lam bishawab.
Artikel http://www.majalahsalafi.wordpress.com
_______________________________
1). Hadits riwayat At Tirmidzi dalam Sunannya (hadits ke 2641) dari Abdullah bin Amer bin Al
Ash radhiyallahu ‘anhuma .
2). Hadits riwayat Ibnu Majah dalam Sunannya.
3). Al Farqu Bainal Firaq, Al Allamah Abdul Qahir bin Thahir bin Muhammad Al Baghdadi (wafat
th. 429 H). hal. 82 – 87.