Untaian kalimat untukmu...

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang
mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia
mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam
musibah (penderitaan)“ [Igaatsatul lahfaan” (1/37)].
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
“Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan
lepas dari tiga (macam penderitaan):
Kekalutan (pikiran) yang selalu
menyertainya,
kepayahan yang tiada henti, dan
penyesalan yang tiada berakhir.
Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara
berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta
benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan)
terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu,
sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang
manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas)
maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang
ketiga“[HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116)].
[“Igaatsatul lahfaan” (1/37)]
“Kaya hati adalah merasa cukup pada segala yang
engkau butuh. Jika lebih dari itu dan terus engkau cari,
maka itu berarti bukanlah ghina (kaya hati), namun
malah fakir (miskinnya hati).” [Fathul Bari, Ibnu Hajar Al
Asqolani, 11/272, Darul Ma’rifah]
Al Hasan mengatakan,“Salah satu bentuk lemahnya
keyakinanmu terhadap Allah adalah anda lebih meyakini
apa yang ada ditangan daripada apa yang ada di tangan-
Nya”.
Al Fudhai bin ‘Iyadh mengatakan, “Akar zuhud adalah ridha
terhadap apa yang ditetapkan Allah ‘azza wa
jalla.” [Diriwayatkan Ad Dainuri dalam Al Mujalasah (960,
3045); Abu 'Abdirrahman As Sulami dalam Thabaqatush
Shufiyah (10)].
Beliau juga mengatakan, “Qana’ah (puas atas apa yang
diberikan oleh Allah ta’ala) merupakan sikap zuhud dan
itulah kekayaan yang sesungguhnya.”
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Barangsiapa yang suka menjadi
orang terkaya, maka hendaklah dia lebih yakin terhadap apa
yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di
tangannya.” [Diriwayatkan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah
3/218-219; Al Qadha'i dalamMusnad Asy Syihab (367 & 368)
dari hadits 'Abdullah bin 'Abbas].
‘Ali radhiallahu ‘anhu,“Barangsiapa yang zuhud terhadap
dunia, maka berbagai musibah akan terasa ringan olehnya.”
Ibnu Mas’ud, “Yakin itu adalah engkau tidak mencari ridha
manusia dengan cara menimbulkan kemurkaan Allah. Dan
sungguh Allah telah memuji mereka yang berjuang di jalan-
Nya dan tidak takut akan celaan.” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam
hlm. 644-646.]
Ada seorang tabi'in mulia, bernama 'Aun bin 'Abdullah ia
berkata:
"Dulu, orang-orang baik satu sama lain menuliskan dan
menasehatkan tiga kalimat berikut:
1. Siapa yang beramal untuk akheratnya, Allah subhanahu
wa ta'ala akan mencukupi dunianya.
2. Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan
Allah Ta'ala, Allah akan memperbaiki hubungan dirinya
dengan manusia yang lain.
3. Dan siapa yang memperbaiki keadaan batinnya, Allah
subhanahu wa ta'ala akan memperbaiki keadaan lahirnya.
Barang siapa akherat menjadi aktivitas yang
menyibukkannya dan selalu menjadi harapannya, maka tak
akan pernah terlewatkan satu haripun melainkan ia
mengingat kemana ia akan kembali. Ia tidak akan melihat
urusan dunia kecuali pasti mengaitkannya dengan akherat.
Ia tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali
mengingatkannya akan berkumpulnya penduduk surga. Ia
tidak mengenakan pakaian kecuali teringat akan pakaian
sutra milik penghuni surga. Ia tidak menyeberangi sebuah
jembatan kecuali teringatkan akan titian shiroth di atas
neraka jahanam. Ia tidak mendengar suara yang keras
melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala. Ia
tidak pernah berbicara tentang suatu pembicaraan,
melainkan ada bagian yang terkaitkan dangan akherat."
Ibnu Jauzi rahimahullah ketika beliau mengatakan, "Dunia
itu ibarat bayangan, jika anda berpaling dari bayangan, ia
justru menguntit anda, tetapi jika anda mencari-carinya, ia
justru malas mendatangi anda."
Sahabat Usman bin Affan radhiyallahu'anhu berkata:
"Harapan terhadap dunia adalah kegelapan dalam hati,
sedang harapan kepada akherat adalah cahaya dalam hati."
Hatin Al-Asham mengatakan:
=======================
"Barang siapa yang hatinya kosong dari mengingat empat
masa yang mendebarkan, maka ia termasuk orang yang
tertipu dan tidak akan selamat dari kebinasaan:
Pertama: Saat mendebarkan ketika hari mitsaq (diambil
perjanjian) tatkala dikatakan, 'Golongan ini berada di surga
dan aku tidak perduli, dan golongan yang ini berada di
neraka dan aku tidak perduli, sementara ia tidak mengetahui
masuk golongan manakah dirinya?'
Kedua: saat mendebarkan tatkala ia diciptakan dalam tiga
kegelapan; lalu malaikat menyerukan akan kesengsaraan
atau kebahagiaan, sementara ia tidak mengerti apakah ia
termasuk orang yang sengsara atau orang yang berbahagia?
Ketiga : Ketika ia di perlihatkan kepada amalanya,
sementara ia tidak tau apakah ia akan mendapat kabar
gembira memperoleh ridho Allah atau kemurkaan-Nya?
Keempat: Dari ketika manusia keluar dari kuburnya dalam
keadaan bermacam-macam, sementara ia tidak tau jalan
mana yang hendak ia tempuh?"
Hasan Al-Bashri, "Tidaklah seseorang itu memperbanyak
mengingat kematian malainkan akan terlihat dalam
amalannya, dan panjangnya angan seorang hamba itu pasti
terlihat dari buruknya amalan dia."
Hasan Al-Bashri, dalam sebuah kisahnya disebutkan bahwa
bia pernah melewati seseorang yang tertawa, maka ia
berkata kepadanya, "Wahai anak saudaraku, apakah anda
pernah melewati Shiroth?" tentu saja ia menjawab, "Belum "
Hasan Bashri pun berujar, " lantas tahukah anda, kesurga
ataukah keneraka anda akan pergi?" lelaki itu menjawab
lagi, "Tentu saja tidak" Beliau berkata, "semoga Allah
melimpahkan kesejehteraan pada anda, lalu mengapa anda
sempat-sempatnya tertawa padahal urusan begitu
mengerikan."
"Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas
kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang
yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang
dirinya berada di atas orang lain." (Bahjatun Nadzirin,
I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)
"Al Qodhi mengatakan: Orang yang berilmu dimisalkan dengan
bulan dan ahli ibadah dimisalkan dengan bintang karena
kesempurnaan ibadah dan cahayanya tidaklah muncul dari
ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu
berpengaruh pada yang lainnya" (Tuhfatul Ahwadzi, 7/376)
"Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad,
maka orang akan berkata semaunya" (Muqaddimah Shahih
Muslim, 12/1)
"Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga)." (Al
Fudahil bin Iyadh dalam Az Zuhd-Al Baihaqi)
"Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih
aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena
dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq
luhur mereka." (Imam Abu Hanifah)
"Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam
kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal
wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik
tempat bersandar)" (HR. Bukhari)
"Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan
daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa diri
sendiri" (Ibnul Qayyim, Al-Fawa’id, 1/147)
"Umar bin Abdil Aziz mengatakan: Barangsiapa beribadah
pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan
lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan." (Al Amru
bil Maruf, Ibnu Taimiyah, 15)
"Ibnu Mas-ud berkata: Rasa takut kepada Allah Ta-ala,
sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahwa Allah
tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup
dikatakan sebagai kebodohan" (Mushannaf Ibni Abi Syaibah,
no. 34532)
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah
menasehati Sufyan Ats Tsauri,
“Sesungguhnya engkau bagaikan hari yang dapat dihitung.
Jika satu hari berlalu, maka sebagian darimu juga akan
pergi. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu,
namun engkau merasa seluruh yang ada padamu ikut pergi.
Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatush Shofwah, 1/405, Asy
Syamilah)
al Hasan al Bashri pernah berkata, “wahai anak adam
sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari-hari, maka
jika telah berlalu hari, maka seakan-akan sebagian dari
dirimu telah pergi”
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata:
“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan
mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah
anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia.
Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari
perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari
perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari
secara mu’allaq –tanpa sanad)
al Hasan al Bashri pernah berkata, “wahai anak adam
sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari-hari, maka
jika telah berlalu hari, maka seakan-akan sebagian dari
dirimu telah pergi”
Berhati-Hatilah dalam Pergaulan
Ibnu al-Jauzy berkata: Salah satu kesalahan fatal adalah
terlalu percaya kepada manusia dan membukakan seluruh
rahasia kepada teman-teman dekat. Ketahuilah, musuh yang
paling berbahaya adalah kawan yang berbalik menjadi
musuh, karena ia telah tahu seluk-beluk temannya temannya
tersebut.
Seorang penyair berkata:
Berhati-hatilah terhadap musuhmu sekali
Namun berhati-hatilah terhadap kawanmu seribu kali
Karena mungkin temanmu berbalik
Maka ia tahu dari mana harus menukik
[Sumber: Shaidul Khatir (edisi Indonesia) oleh Ibnu al-Jauzy]
Perang Badar
============
Pada waktu perang Badar, Rasulullah shallallahu'aaihi wa
sallam memberikan spirit kepada pasukan Muslimin untuk
berperang, seraya berkata, “ Demi Dzat yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, tidak seorang pun yang ikut memerangi
mereka hari ini, lalu dia terbunuh dalam keadaan bersabar
dan mengharap pahala dari Allah, menyongsong (musuh) dan
tidak mundur, melainkan Allah memasukkannya ke dalam
surga.”
Beliau berkata lagi: “ Berangkatlah menuju surga yang luasnya
seisi langit dan bumi.”
Ketika itu berkatalah al-Humaim bin al-Hamam, “Wah,
Wah!”
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bertanya, “ Apa yang
mendorongmu mengatakan wah, wah?”
Dia menjawab, “Demi Allah, tidak apa-apa wahai Rasulullah,
selain aku berharap menjadi salah seorang penghuni surga
tersebut.”
Beliau berkata, “ Benar, sesungguhnya engkau termasuk
penghuninya.”
Seketika dia langsung mengeluarkan kurma dari sisinya, lalu
memakan sebagiannya kemudian berkata, “Jika aku hidup
hingga memakan kurma-kurma ini sampai habis, sungguh
merupakan hidup yang panjang.” Lantas dia membuang
semua kurma-kurma tersebut, kemudian berperang hingga
akhirnya gugur sebagai syahid. (HR Muslim)
[Sumber; Ar-Rahiq al-Makhtum (id) oleh Syaikh Mubarakfuri,
hal. 316-317.]
Ibnu Taimiyah berkata, “Barangsiapa yang mencintai
seseorang tapi bukan karena Allah, maka bahaya teman-
temannya lebih besar daripada bahaya musuh-
musuhnya.” (Ta'thir al-Anfas, hal. 575).
Abu Ishaq al-Fazari berkata, “Sesungguhnya ada di antara
manusia orang yang menyukai pujian kepada dirinya
padahal dirinya tidak lebih berharga di sisi Allah daripada
sehelai sayap nyamuk.” (Ta'thir al-Anfas, hal. 573).
Baiknya Memberi Ilmu Dari Kecil
============================
Ma'mar berkata: "Aku mendengar dari Qotadah, ketika itu
usiaku 14 tahun: "Tidak ada sesuatu yang aku dengar pada
seusia ini melainkan seperti terpatri dalam dadaku.” [ Siar
a’lam an-Nubala V/7-18. ]
Ummu Darda berkata: "Pelajarilah ilmu dari kecil, ketika
besar engkau akan mengamalkannya. Sesungguhnya apa
yang dipetik adalah apa yang dulu ditanam.” [Siar a’lam an-
Nubala XII/615. ]
Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah- berkata: "Tersesatnya
orang berilmu dikarenakan tidak memiliki teman,
tersesatnya orang bodoh karena kepicikan akalnya, dan yang
paling sesat adalah mereka yang berteman dengan orang
yang tidak ada akalnya. [Siar a'lam an-Nubala XVII/278. ]
As-Sho’luki berkata: "Jika ridha makhluk keterbatasannya
tidak dapat diketahui, maka ridha Allah keluasannya tidak
ada batasnya. Kita membutuhkan 10 teman untuk 10
waktu." [ Siar a'lam an-Nubala XVII/208. ]
Lapar dan Dahaga Ulama Salaf Dalam Menuntut Ilmu
========================================
Nadhr bin Syumail -rahimahullah- berkata, ”Seseorang tidak
akan mendapatkan kelezatan ilmu, hingga ia merasakan
lapar (ketika menuntut ilmu), namun melupakan laparnya.”
[At Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz DZahabi -
rahimahullah- ,1/314].
Baqi bin Mikhlad Al Andalusy -rahimahullah- yang pernah
berkeliling ke berbagai negara di dunia dengan hanya
berjalan kaki !!!, Beliau berkata,”Sungguh , saya mengetahui
seseorang yang ketika menuntut ilmu lewat berhari-hari
tidak memiliki makanan, kecuali daun kubis yang sudah
terbuang.” [Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz Dzahabi -
rahimahullah- 2/630]
Ibnu Kharras -rahimahullah- berkata,” Saya minum kencing
saya sendiri ketika saya dalam perjalanan menuntut ilmu,
hal ini terjadi lima kali !! (seseorang tidak akan meminum
kencingnya sendiri kecuali dalam keadaan sangat haus yang
haus ini dapat mengakibatkan kematian)”. [Al Ibar Khoiri
Man Ghabar, Imam Adz Dzahabi -rahimahullah- 2/70].
Abu Ali Al Hasan bin Ali Al Balkhi -rahimahullah- berkata,”
Aku pernah tinggal di Asqolan untuk belajar dari Ibnu
Mushahhih -rahimahullah- dan lainnya. Bekal nafkah saya
semakin menipis hingga beberapa hari saya tidak bisa
makan. Saya ingin menulis pelajaran, namun tidak bisa
(karena perut sangat lapar). Saya kemudian pergi ke toko
roti dan duduk di dekat roti tersebut hingga mencium
aromanya agar saya punya tenaga. Kemudian Alloh Azza wa
Jalla membantu saya.” [Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz
Dzahabi -rahimahullah- 4/1173]
Imam Abu Hatim Ar Razi -rahimahullah- (Imam dan ulama
besar dalam bidang Jarh Wa Ta’dil) pernah bercerita,”Saya
tinggal di bashrah delapan bulan dan kehabisan bekal
nafkah. Saya menjual baju saya satu demi satu, hingga tidak
punya apa-apa. Saya bersama teman pergi ke rumah
Masyayikh (guru) untuk belajar hingga sore hari, kemudian
saya pulang kerumah yang sepi untuk minum air karena
lapar tidak punya makanan. Saya lakukan hal ini selama dua
hari, Pada hari ketiga seorang teman berkata, ” Mari kita
pergi ke rumah guru!”, Saya menjawab” Saya lemah dan
tidak bisa (berdiri)”, Dia berkata lagi” Kenapa kamu
lemah?”, Saya katakan kepadanya” Saya tidak akan
merahasiakannya, sudah dua hari saya tidak makan.” Dia
berkata,” Saya masih memiliki satu Dinar dan saya berikan
kepadamu setengahnya.” [Al Jarh Wat Ta’dil, Imam Abu
Hatim Ar Razi -rahimahullah-]
Imam Muhammad bin Thahir Al Maqdisi -rahimahullah- ,
yang menceritakan tentang perjalanan menuntut ilmu dan
kesulitan yang beliau alami, beliau berkata,” Saya tinggal di
Tunis bersama Abu Muhammad bin Al Haddad -
rahimahullah- , bekal saya semakin menipis hingga tersisa
hanya satu dirham. Saat itu saya butuh roti dan kertas untuk
menulis pelajaran. Jika dipakai beli kertas maka saya tidak
akan makan roti. Kebingungan ini berlanjut hingga tiga hari
(beli roti atau beli kertas –red), selama itu pula Saya tidak
merasakan makanan sama sekali. Pada hari keempat, dalam
hati saya berkata, ”Kalau saya punya kertas, maka saya
tidak akan bisa menulis karena sangat lapar. Saya taruh
uang satu dirham tersebut di mulut dan saya putuskan
untuk keluar dan membeli roti. Tiba-tiba tanpa terasa uang
satu dirham tersebut tertelan oleh mulut ke dalam perut,
kemudian saya tertawa. Abu Thahir -rahimahullah-
mendatangi saya dan bertanya,”Apa yang membuatmu
tertawa? Saya menjawab, ”Khoir (sesuatu yang baik).” Beliau
meminta saya untuk menceritakannya , namun saya tolak. Ia
terus memaksa sehingga saya ceritakan kejadiannya, lalu
Beliau mengajak saya ke rumahnya dan memberi saya
makanan.” [Tadzkiratul Huffadh, Imam Adz Dzahabi -
rahimahullah- 4/1246]
Imam Al Bukhori -rahimahullah- berkata,”Saya menemui
Adam bin Abi Iyyas di Asqolan untuk belajar darinya. Bekal
saya semakin berkurang hingga saya makan rerumputan.”
Produktifitas Ulama Salaf dalam Ilmu
Al Khatib Al Baghdadi -rahimahullah- berkata,” Saya
mendengar As Samsami menceritakan bahwa Imam Ibnu
Jarir At Thabari -rahimahullah- tinggal selama 40 tahun dan
setiap harinya menulis 40 lembar. Muridnya, Abu
Muhammad Al Farghani -rahimahullah- bercerita bahwa
beberapa murid Ibnu Jarir menghitung hari-hari dari hidup
beliau semenjak baligh hingga wafat dalam usia 86 tahun.
Kemudian mereka membagi karyanya dengan usianya,
hingga berjumlah 14 lembar setiap hari. Ini sesuatu yang
tidak akan mungkin dilakukan oleh seseorang makhluk
tanpa bimbingan yang baik dari Alloh Azza wa
Jalla .” [Tarikh Baghdad, Al Baghdadi 2/162]
Imam Muhammad bin Thahir Al Maqdisi berkata,” Saya
menulis Shahih Al Bukhori, Shahih Muslim dan Abu Daud
tujuh kali. dan saya menulis Sunan Ibnu Majah sepuluh
kali .”[Tarikh Baghdad, Al Baghdadi 6/31]
Imam Ibnul Jauzi -rahimahullah- berkata,” Saya telah
menulis dengan tangan saya ini 2000 jilid kitab. Dan orang-
orang yang bertaubat melalui tangan saya ini mencapai
100.000 orang [Tadzkiratul Huffadh, Adz Dzahabi -
rahimahullah- 4/1242]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata,”
Syaikh Abul Faraj (yakni Imam Ibnul Jauzi ) seorang mufti
yang banyak menulis. Beliau memiliki karya tulis dalam
tema-tema beragam. Saya mencoba menghitungnya dan saya
melihatnya lebih dari 1.000 karya tulis.” [Tadzkiratul
Huffadzh, Adz Dzahabi -rahimahullah- 1/415]
Imam Ibnu Rajab Al Hambali ketika menulis biografi Imam
Ibnul Jauzi -rahimahullah- berkata,” Tidak ada disiplin ilmu
yang ada kecuali beliau memiliki karangan seputarnya.
beliau (Ibnul Jauzi) ditanya tentang jumlah karangannya,
beliau menjawabnya lebih dari 340 Kitab .”
Al Muwaffaq Abdul latif -rahimahullah- berkata “ Ibnul Jauzi
tidak pernah menyia-nyiakan waktunya sedikitpun, Beliau
menulis dalam sehari empat buah buku tulis, dan setiap
tahunnya karya tulis beliau dicetak 50-60 Jilid.”
Syaikh Al Qummi -rahimahullah- menyebutkan bahwa
serbuk pena ‘ Imam Ibnul jauzi” (yakni apa yang jatuh dari
pensil ketika di raut digunakan untuk menulis hadits,
dikumpulkan hingga banyak sekali. Ibnu jauzi mewasiatkan
agar digunakan untuk memanasi air yang akan dipakai kelak
untuk memandikan mayatnya. Kemudian wasiat itu
ditunaikan dan cukup (untuk memanaskan air) dan masih
ada yang tersisa darinya.” [Dzail Thabaqotil Hanabilah ,
Imam Ibnu rajab -rahimahullah- 1/412]
Imam Yahya bin Ma’in -rahimahullah- berkata,” Saya telah
menulis dengan tangan saya ini satu juta hadits,” kemudian
Adz Dzahabi mengomentari dan berkata,” yaitu jumlah ini
untuk satu hadits.” [Al Kuna Wal Qaab, Al Qummy 1/242]
Al Kautsari berkata,” Tafsir Abu Yusuf Al Qozwaini yang
berjudul “ Hadaaiq Dzaata bahjah” dikatakan paling kurang
ada 300 jilid. Al hafidz Ibnu Syahin juga memilki tafsir
sebanyak 1.000 Jilid. Al Qadli Abu Bakar Ibnul Arabi -
rahimahullah- (catatan: Beliau bukanlah Ibnu Arabi –sufi
sesat- red ) memiliki kitab Anwaarul Fajr dalam bidang
tafsir sebanyak 80.000 lembar, dan Ibnu An Nuqaib Al
Maqdisi memiliki tafsir sekitar 100 Jilid.” [lihat : Maqalatul
Kautsari]
Profesor Muhammad Al hajawi berkata,” Imam Abid Dunya -
rahimahullah- meninggalkan 1.000 Kitab, Imam Ibnu Asakir
-rahimahullah- menuliskan kitabnya’ Tarikh Al Dimasqi”
dalam 80 Jilid. Imam Abu Abdillah Al Hakam Al Naisaburi -
rahimahullah- menulis 1.500 juz. Sementara Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah -rahimahullah- menulis 300 Kitab dalam
berbagai disiplin ilmu yang dimuat dalam 500 Jilid.
Muridnya yaitu Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah -
rahimahullah- menulis 500 Kitab, Imam Al Baihaqi -
rahimahullah- menulis 1.000 Jilid hadits , Imam Abu bakar
Ibnul Arabi Al maliki -rahimahullah- menulis tafsirnya yang
besar dalam 80 Juz. Imam Abu Ja’far Ath Thahawi -
rahimahullah- menulis 1.000 lembar hanya membahas satu
masalah yaitu apakah Rosululloh Sholallahu Alaihi
Wassalam melaksanakan haji Qiran, Tamattu atau Ifrad ?,
kemudian Imam Abdul malik bin Habib -rahimahullah-
seorang ulama Andalusia memiliki karangan 1.000
Kitab .” [Al Fikrus Sami’ fi Tarikhil Fiqhil Islamy oleh
Muhammad Al Hajwi].
Bagaimana dengan antum ya akhi ??? sudah berapa banyak
kitab yang engkau tulis, kalaupun engkau belum sanggup
menulis atau setidaknya sudah berapa banyak yang sudah
engkau baca ?
Sebab Mekarmu Hanya Sekali
============================
Ketika Angin jaman Menerpamu
Diatas cadas ataupun lumpur cemar
Teruslah Mewangi wahai kuntumku
Tetaplah indah di padang liar
Hingga kau-lah yang akan dipetik
Sebab Mekarmu hanya sekali
Ilalang yang terhampar
Desau angin dan dengung kumbang-kumbang
Angin zaman memang telah berubah arah
Sampai waktu milikmu akan tiba
jangan pernah hilang wangimu tersia-sia
Cahaya cinta yang diberkati
Dibalut kepak sayap bidadari
Inilah hari yang dinanti
ketika madu suci temukan kumbang sejati
menjaga dan memiliki wangimu dengan namanya
Jilbab
======
wahai ukhti muslimah..
"siapakah yang menyuruhmu tuk berjilbab ?"
untukmu ukhti muslimah..
"kemana akan kau bawa dirimu ?"
"kepada gemerlapnya dunia ?"
"kemilaunya harta ?"
"atau kepada ketampanan seorang pria ?"
walaupun engkau harus membuka hijabmu tuk mendapatkan
semua yang kau inginkan, maka kehinaan yang akan kamu
dapatkan..
wahai ukhti muslimah..
"siapakah yang menyuruh engkau tuk berhijab ?"
untukmu ukhti muslimah..
"kemana akan engkau bawa dirimu ?"
"kepada kemilaunya jiwa ?"
"kepada keridhaan sang pencipta ?"
"atau mulianya menjadi bidadari surga ?"
walaupun hinaan dan cacian yang harus kau terima..
demi menjaga hijab yang telah disyariatkan kepada agama..
maka.. kebahagiaan yang akan kau dapatkan..
katakan " TIDAK ! " pada gemerlapnya dunia
jika hijabmu harus menjadi tebusannya..
karena hijabmu adalah benteng jiwa..
bahwasanya yang menyuruh berbusana muslimah,
yang menyuruh Allah dan Rasulnya..
dan konsekuensi kita sebagai seorang muslim atau muslimah..
wajib kita untuk taat kapada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
karena
Allah yang menciptakan kita..!
Allah yang memberikan segalanya kepada kita..
Al-Qur'an memerintahkan tuk berJILBAB !
Allah yang menyuruh kita tuk berJILBAB !
"Wahai nabi katakanlah kepada isteri-isterimu.. anak-
anakmu.. dan wanita-wanita kaum muslimin agar mereka
mengulurkan JILBABnya keseluruh tubuh mereka, yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah tuk dikenal karena
itu mereka tidak di ganggu. Allah Maha Pengampun Lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Ahzab:59)
'Setiap wanita tidak ada uzur untuk tidak berbusana
Muslimah'
Takut Kepada Allah
==================
ﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞِ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃَﻫْﻮَﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﻇِﺮِﻳْﻦَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
"Janganlah engkau menjadikan Allah adalah yang paling
rendah di antara orang-orang yang melihatmu"
Nasehat agar kita lebih takut kepada Allah dan lebih malu
kepada Allah tatkala bersendirian. (Ustadz Firanda)
Dunia hanyalah jembatan yg menghubungkan kita dg
akhirat. Janganlah keindahan sebuah jembatan melalaikan
kita dari hakekat sebuah tujuan. (Majalah Adz-Dzakhiirah
No. 11 Edisi 65-1431/2010)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya
obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan
menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang
pernikahan.” (Raudhatul Muhibbin)
Ibnu Munkadir berkata, “Tidak ada yang tersisa dari
kelezatan dunia kecuali dari tiga hal: Qiyamul Lail, bertemu
dengan saudara seiman dan shalat berjama’ah di
masjid.” (Al-Ihyaa; I/423)
Abu Hazim mengatakan, “Bersyukur dengan seluruh anggota
tubuh adalah menahannya dari maksiat dan selalu
menggunakannya dalam ketaatan.” (Jamiul Ulum wal Hikam,
295)
Ketahuilah bahwa setiap orang yang hidup di muka bumi ini
adalah tamu dan harta kekayaan yang ada di tangannya
adalah pinjaman. Seorang tamu itu harus pergi dan barang
pinjaman harus dikembalikan. (Nuriyyah Ibnul Qayyim al-
Jauziyyah; wafat 656 H)
Abdullah bin ‘Umar berkata, ”Membuat orang tua menangis
termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”
Yahya bin Mu’adz berkata, ”Cinta karena Allah tidak akan
bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat
baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku
kasar kepadamu.”
Ibnu Rajab Al Hambaliy rahimahullah berkata,
”Sesungguhnya seorang mukmin tidak sepantasnya untuk
menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dan merasa
tenang di dalamnya akan tetapi sepatutnya dia di dalam
dunia ini bagaikan orang yang sedang melakukan
perjalanan…”(Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 379)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ”Panjang angan-angan akan
melahirkan rasa malas mengerjakan ketaatan, menunda-
nunda tobat, cinta dunia, melupakan akhirat serta kerasnya
hati. Karena kelembutan dan kebeningan hati, hanya akan
diraih dengan mengingat mati, kubur, pahala, siksa, serta
huru hara di hari kiamat…”
”Sesungguhnya kebaikan itu memancarkan cahaya pada
wajah seseorang, dan cahaya pada hati, keluasan dalam
rezeki, kekuatan pada badan, kecintaan di tengah makhluk.
Dan keburukan akan mengakibatkan kehitaman pada wajah,
kegelapan dalam hati, kelemahan badan dan kekurangan
rezeki, serta kebencian di dalam hati para makhluk
Allah.”(Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu)
”Tak selamanya kita memperoleh semua yang kita sukai,
maka belajarlah untuk menyukai semua yang telah kita
peroleh”
”Cintailah orang yang kamu cintai dengan sewajarnya.
Karena barangkali suatu saat kamu membencinya. Dan
bencilah orang yang kamu benci dengan sewajarnya. Sebab,
mungkin saja suatu hari kamu mencintainya.” (HR. Al
Baihaqi, At Tirmidzi, dll)
Imam Ahmad berkata, ”Jika engkau ingin Allah melancarkan
untukmu sesuatu yang engkau cintai, maka teruslah
mengerjakan sesuatu yang Dia cintai.” (Al-Bidayah wa An-
Nihayah 10/330)
Seseorang bertanya kepada Ibnul Jauzi rahimahullah,
”Apakah yang paling utama, apakah aku harus bertasbih
atau istighfar?” Beliau menjawab, ”Baju yang kotor lebih
membutuhkan sabun daripada minyak wangi.” (Jawaahiru
Shifatish Shafwah)
”Kebahagiaan hati hanyalah dapat diperoleh oleh hati yang
beriman kepada Allah. Tidaklah mungkin kebahagiaan itu
diperoleh oleh hati yang membangkang terhadap perintah
Allah dan Rasul-Nya. Jadi, meskipun orang-orang kafir
memiliki harta sepenuh bumi, mereka tidaklah mungkin
bahagia. Kalaupun mereka berbahagia, itu hanyalah
kebahagiaan yang semu. Karena surga mereka hanyalah di
dunia semata.”
Wahaab bin Munabbih berkata, ”Jika seseorang memujimu
dengan apa-apa yang tidak ada padamu, maka janganlah
kamu merasa aman darinya untuk mencelamu dengan apa-
apa yang tidak ada padamu.”(Shifat Ash-Shofwah 2/295)
Berbekallah ketakwaan karena sesungguhnya engkau tidak
tahu…
Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup
hingga pagi hari…
Betapa banyak orang yang sehat kemudian meninggal tanpa
didahului sakit…
Jika ia membangun rumahnya (tatkala masih hidup) dengan
amalan kebaikan maka rumah yang akan ditempatinya
setelah matipun akan baik pula.
”Barangsiapa meninggalkan perhatiannya dari aib orang
lain, maka dia akan diberi kemampuan untuk memperbaiki
aibnya sendiri.” (Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Permisalan
seorang mukmin yg membaca Al-Qur’an adalah seperti buah
atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Permisalan
seorang mukmin yg tidak membaca Al-Qur’an seperti buah
kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis. Adapun
orang munafik yg membaca Al-Qur’an permisalannya seperti
buah raihanah, baunya wangi tapi rasanya pahit. Sementara
orang munafik yg tidak membaca Al-Qur’an seperti buah
hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.”(HR.
Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila
seorang wanita mengerjakan shalat 5 waktu, puasa di bulan
ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya,
maka akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah engkau ke
dalam surga dari pintu surga mana saja yang engkau
inginkan.”(HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Al-Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Betapa banyak rumah yang sempit terasa begitu luas karena
kasih sayang yang bersemi di antara penghuninya. Betapa
banyak rumah yang luas terasa begitu sempit karena tidak
ada kasih sayang di antara penghuninya…
”Tak ada manusia yang paling menderita, kecuali seorang
yang sedang jatuh cinta. Walaupun mendapatkan manisnya
cinta, selalu menangis di setiap waktu, karena takut
berpisah dengannya. Menangis tatkala jauh darinya, dan
menangis tatkala dekat dengannya…”(Mayat-Mayat Cinta
hal. 32)
Dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Maka apakah
yg akan terjadi apabila seekor ikan tlah dipisahkan dari dlm
air? (Ibnu Taimiyah)
Tiada seorang muslim pun yang membesuk saudaranya yang
sakit, melainkan Allah mengutus baginya 70.000 malaikat
agar mendoakannya kapan pun di siang hari hingga sore
harinya, dan kapan pun di sore hari hingga pagi harinya.
(HR. Ahmad 2/110)
Nikahkanlah putrimu dg pria yg beriman, krn bila ia
mencintainya maka ia akan memuliakannya. Dan bila ia tdk
mencintainya maka dia tdk akan mendzaliminya. (Hasan Al
Bashri)
Begitu banyak lebah mendatangi bunga yang kurang
harum…
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga itu.
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena
sedikitnya madu
…kelak calon pasangan hidup kita adalah fotocopyan dari
diri kita, ketika kita baik insyaa Allah pasangan hidup kita
pun akan baik, begitu pula sebaliknya, ketika akhlak kita
buruk, maka bisa diperkirakan bahwa kelak pasangan hidup
kita pun buruk akhlaknya..
Hasan Al Bashri berkata, ”Jika kamu melihat seseorang
melebihimu dalam urusan dunia maka saingilah dia dalam
urusan akhirat.”(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, jilid 7/188)
”Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi
mereka adalah tak terhingga.”(QS. Az Zumar:10)
”Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yg enggan!” Para
sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah yang
enggan?” Beliau menjawab,”Siapa saja yg mentaatiku dia
masuk surga, dan siapa saja bermaksiat kepadaku maka dia
benar-benar enggan.”(HR. Bukhori no. 7280)
‘Jagalah kehormatanmu saudariku. Lelaki manapun yang
belum halal bagimu tak pantas menyentuh tubuh dan
kehormatanmu, biarpun atas nama cinta.
Wahai saudariku…
Biarlah hanya satu lelaki yang paling beruntung yang dapat
menikmati dirimu seutuhnya yakni suamimu kelak…
Ketika ikatan antara kalian halal dan berbuah ridho-Nya…”
Wahai wanita cantik…
===================
Engkau bagai intan berlian yang terpajang pada sebuah kotak
kaca indah berkunci dan terbungkus rapi. Engkau bukan emas
campuran murahan yang terpajang di etalase depan toko dan
dangan seenaknya sang pembeli dapat merabamu,
memegangmu dan memakaimu hanya untuk mencoba, lalu
sang pembeli pergi, tak jadi membelimu dan
mengembalikanmu di tempat yg sama!!
Apakah engkau suka, jika engkau memelihara sebuah pohon;
dan pohon tersebut menghasilkan tanaman yang enak
dipandang dan buah yang manis rasanya? Tentu engkau
suka. Maka mengapa engkau tidak menjadikan dirimu
seperti pohon tersebut? Yakni menghasilkan perkataan dan
perbuatan yang baik, bukan perkataan dan perbuatan yang
sia-sia, bukan pula yang mengandung dosa. (by: Abu Zuhriy
Rikiy Dzulkifliy)
Kalau engkau kaya, berbahagialah. Karena banyak hal
bermanfaat yang bisa kau lakukan. Kalau kau miskin,
berbahagialah. Karena hatimu akan lebih selamat dari
penyakit hati, penyakit sombong yang sering menimpa orang
kaya. Kalau engkau dilupakan orang, bahagiakanlah hatimu.
Karena tidak banyak lidah yang akan mencela dan
mencacatmu. Apapun kondisinya bahagiakanlah hatimu
”Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan sekecil
apapun itu, meskipun sekedar engkau menjumpai
saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)
Ridho Allah tergantung ridho orang tua dan murka Allah
tergantung pada murka orang tua. (Adabul Mufrod No. 2)
”Jangan cintai seseorang setinggi langit, karena langit bisa
runtuh…Jangan cintai seseorang sedalam lautan, karena
lautan bisa surut…Jangan cintai seseorang sebesar dunia,
karena dunia bisa hancur. Cukup cintai seseorang seujung
kuku, walau kecil, walau selalu dipotong, ia akan selalu
tumbuh…”(Renungan N Kisah Inspiratif)
Seorang arab Badui ditanya, Darimana engkau mengetahui
Allah? Dengan polos ia menjawab, ”Subhanallah! kotoran
unta itu menunjukkan adanya unta. Tapak-tapak kaki itu
menunjukkan ada orang yang berjalan. Langit-langit yang
mempunyai gugusan bintang, gunung-gunung yang
mempunyai lembah, lautan dengan ombak-ombak yang
berdeburan, tidakkah ini menunjukkan adanya Allah yang
Maha Mengetahui?”(Tafsir Ibnu Katsir surat Al Baqarah
21-22)
”Lihatlah orang yang ada di bawahmu dan janganlah kamu
melihat orang yang ada di atasmu. Hal itu akan lebih baik
bagimu agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang
diberikan kepadamu.”(HR. Bukhori-Muslim)
Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang
shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang
ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang
menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia
yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan
ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan
menemui kematian bila telah sampai ajalnya.
(Ayssyariah.com)
Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik
persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah
orang-orang yang cerdas. (HR. Ibnu Majah no. 4259)
Orang sakit mengira kebahagiaan ada pada kesehatan.
Orang miskin mengira kebahagiaan ada pada kekayaan.
Rakyat jelata mengira kebahagiaan ada pada kekuasaan.
Tidaklah demikian. Kebahagiaan yang hakiki ada pada hati
yang senantiasa bersyukur
Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya
engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah ! (HR.
Ahmad dan Tirmidzi)
Mencari jodoh yang baik adalah senantiasa memeperbaiki
diri hari demi hari. Lalu kita menjemputnya dari tangan
Allah diiringi senyuman sang bidadari
Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah
kematian,
kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya
Cinta adalah kecenderungan yang terus-menerus di dalam
hati yang membara…(Ibnu Qayyim Al Jauziyah)
Orang yang mudah marah itu pertanda tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik
Janganlah kamu menjadi orang yang cepat marah, yang akan
memengaruhimu pada setiap sesuatu. Tapi jadilah dirimu
orang yang tenang, tidak cepat marah, karna sesungguhnya
kemarahan itu adalah bara api yang dilemparkan setan ke
dalam hati manusia. Dengan bara api itu, mendidihlah hati
seseorang. Karna itu pula, urat-urat leher dan jaringan
pembuluh darah menegang, matapun memerah. Lalu
melakukan tindakan, setelah itu timbulah penyesalan.
(Syarhu Riyadish Shalihin)
Bahaya Dosa Bagi Hati Ibarat Bahaya Racun Bagi Tubuh
Tidaklah dunia ini seluruhnya dari awal hingga akhirnya
kecuali ibarat seseorang yang tertidur sejenak, kemudian
bermimpi melihat sesuatu yang disenanginya, kemudian
terbangun. (Imam Hasan Al Bashri)
Bergembiralah ketika suatu hubungan harus berakhir.
Mungkin Tuhan sedang mempersiapkan seseorang yang
terbaik buatmu
Jangan mengharap pendamping hidup layaknya bidadari,
karena kita juga bukan malaikat
Jangan pernah takut dengan berbagai kesulitan yang
menerpa. Karena tidaklah air hujan itu turun kecuali dari
mendung yang gelap. Bahkan terkadang warna-warni indah
pelangi pun muncul setelahnya
Kebahagiaan itu ada pada hati yang bersih. Tak perlu
mencarinya karena hati telah ada dalam diri kita. Kita hanya
perlu menjaganya agar senantiasa bersih
Seperti kerinduan seorang perantau kepada kampung
halamannya. Seperti itu pulalah seharusnya sikap kita hidup
di dunia ini. Kerinduan yang membuat kita semangat untuk
mencari bekal untuk pulang
Bagaimana kamu memperlakukan orang tuamu? Seperti
itulah anak-anakmu akan memperlakukanmu kelak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Dua
perkara yang hukumannya dipercepat semasa di dunia yaitu
perbuatan zhalim dan durhaka kepada kedua orang
tua.”(HR. Al Hakim)
Sumber:
www.bloghidayah.wordpress.com
http://www.alsofwah.or.id/
Dan dari beberapa sumber yang lainnya.
Semoga bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi yang
membaca dan merenungkannya.