Apa cinta itu...?

Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak
dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang
bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak,
kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya
merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia.
Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang
hamba kepada Rabb-nya.
Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf:
C I N TA…
Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk
mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya.
Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar
dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat.
Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu
mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka .”
Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-
anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula,
seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada
ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan
kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan
seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan
menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta
sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang
dilarang Allah dan Rasul-Nya, Allah Subhanahu wa Ta‘ala
berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik .” (Ali ‘Imran: 14)
Dalam haditsnya dari shahabat Tsauban, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasaalam bersabda: “Hampir-hampir
orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana
berkerumunnya di atas sebuah tempayan.’ Seseorang
berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat
sedikit?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak
akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-
benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian
dan benar-benar Allah akan campakkan ke dalam hati kalian
(penyakit) al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yang
dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah
menjawab : ‘Cinta dunia dan takut mati .’ (HR. Abu Dawud no.
4297, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam
Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya
mengatakan: “Allah memberitakan dalam dua ayat ini (Ali
‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan
masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat,
dan Allah menjelaskan perbedaan yang besar antara dua
negeri tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan
bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb)
dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan
pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati
mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan
jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia
tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari
cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah
perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang
sangat cepat. ”
Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa
dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata.
Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan
dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan
(sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas,
(berarti) definisinya adalah adanya cinta itu
sendiri. ” (Madarijus Salikin, 3/9)
Hakikat Cinta
Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam
(amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa
yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan
sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan
menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah
ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan
menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu
kesyirikan.
Cinta kepada Allah
Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan
kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim
dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf
mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada
Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:
“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku,
niscaya Allah akan mencintai kalian .” (Ali ‘Imran: 31)
Mereka (sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya
Allah akan mencintai kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti
kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda
(cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam, faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah
kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah
Shallallahu’alaii wassalam maka kecintaan Allah kepada
kalian tidak akan terwujud dan akan hilang. ”
Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada
orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan
dan nilai di sisi Allah. bersabda Rasulullah dalam hadits yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik :
“Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya,
niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah
Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,
dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia
mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia
benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah
selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci
untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16
dan Muslim no. 43)
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab
adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara :
1. Membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami makna-
maknanya serta apa yang dimaukannya.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan
sunnah setelah amalan wajib.
3. Terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.
4. Mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika
bergejolaknya nafsu.
5. Hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah,
menyaksikan dan mengetahuinya.
6. Menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-
Nya.
7. Tunduknya hati di hadapan Allah
8. Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya
ketika Allah turun (ke langit dunia).
9. Duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan
jujur.
10. Menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi
hati dari Allah . (Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)I
Cinta adalah Ibadah
Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari
ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama
sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Allah Subhanahu wa
taala berfirman:
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu .” (Al-Hujurat: 7)
“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada
Allah.” (Al-Baqarah: 165)
“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya .” (Al-
Maidah: 54)
adalah hadits Anas yang telahrAdapun dalil dari hadits
Rasulullah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-
Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-
Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya .”
Macam-macam cinta
Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua
bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-
Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab
Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan
bahwa cinta ada empat macam :
1. Cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan
dalil ayat dan hadits di atas.
2. Cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah
sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai
tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada
Allah.” (Al-Baqarah: 165)
3. Cinta maksiat.
Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan
apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang
diperintahkan-Nya. Allah berfirman:
“Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang
sangat .” (Al-Fajr: 20)
4. Cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara
lain yang Idibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta
tabiat. Allah berfirman:
“Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam)
berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita
daripada kita .” (Yusuf ; 8 )
Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai
dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan
kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta
maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta
kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta
kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini
berubah menjadi cinta syirik.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa yang
menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta,
takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan
cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di
dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan ” Dasar
tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta
kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan
peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat
ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan
seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna .” (Al-Qaulus
Sadid, hal. 110)
Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain
Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan
spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi
jawabannya perlu dirinci.
1. Bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama
dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik,
hukumnya jelas haram.
2. Bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita
terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat,
hukumnya haram.
3. Bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini
diperbolehkan.
Wallahu a’lam.
(Dikutip dari: http://www.asysyariah.com , Penulis : Al-Ustadz
Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi, judul:
Arti Sebuah Cinta !